Total Tayangan Halaman

Kamis, 28 Februari 2013

Cinta 2

Cinta bukan untuk pergi.
Karena cinta datang menusuk sanubari.
Cinta datang membelai mimpi.
Cinta datang untuk dimengerti.

Bila cinta kau ingkari.
jangan pernah kau sesali.
Sebab itu sudah keputusan hati.
Saat kau katakan tanpa kau sadari.

Namun cinta bukan untuk didustai.
CInta bukan untuk dibenci.
Cinta juga bukan untuk dimaini.
Karena cinta kita dapat berdiri.

Kini cinta tinggal mimpi.
Sejak aku dan kau pilih jalan sendiri.
Jalan yang kita anggap dari Ilahi.
Karena kita tak merajut rasa saling mencintai.

Cinta Kini tinggal kenangan.
Saat kita tak lagi memiliki angan.
saat kita tak lagi berduaan.
Karena kita tak merasa saling penasaran.

Penasaran dalam mencintai.
Menimbulkan rasa Kimestri.
Karena cinta itu bagai sebuah misteri.
Sebab semua orang berburu cinta sejati.

Rabu, 27 Februari 2013

AUDISI CINTA

Siapa bilang cinta tak datang untuk audisi.
Audisi cinta untuk mencari yang sejati.
Pemenang audisi lah yang dapat memiliki.
Karena cinta orang harus memilih.

Audisi berakhir baru orang mengerti akan ketulusan hati.
Karena audisi cinta banyak orang pindah ke lain hati.
sebab audisi cinta si cowok di cap sebagai banci.
Maka para pencinta sejati tak akan merusak silatturahmi.

Memang cinta datang untuk diseleksi.
sebelum cinta berlabuh dalam cinta abadi.
karena ketulusan hati baru dinamakan cinta sejati.
kesetiaan akan menjadi kunci.

Kata setia kadang hanya sebuah janji.
supaya orang lain mempercayai.
Bukan karena dia tulus dari sanubari.
Itu semata disebabkan oleh rasa menguasai.

CInta sejati adalah cinta yang gengsi.
Gengsi untuk tidak mengatakan kau seksi.
Gengsi untuk tidak merayu si kekasih.
Dan gengsi untuk tidak mengatakan hanya kamu yang dia cintai

Maaf bukan aku sok puitis.
Aku hadir hanya untuk menulis.
dari Status kamu yang agak romantis.
Membuat aku sedikit puitis.

Senin, 25 Februari 2013

Puisi



Sungguh Betapa indah Puisi.
Insan bisa bersenandung dengan penuh arti.
Merangkai kata lalu bernyanyi.
Dalam untaian kata yg disaji melalui hati.

Biarlah pelangi datang kembali.
menghiasi langit dalam dunia pantasi.
Mengikuti ritme puisi nan merdu.
membuai angan dalam sanubari.

Bila puisi aku titip rasa.
Dalam lagu aku bisikan cinta.
Bersyair dan berirama bagai melodi cinta.
Mengikuti detak-detak alunan asmara.

Seminar rasa dalam citra.
Semerbak kata datang mempesona.
Bersemi dalam tiap aroma cinta membara.
Bersatu dan bergejolah dalam kata indah.

Seandainya puisi diibarat titah yang kuasa.
Irama ibarat aturan sang mahabrata.
Detakan dan lentingan bagai sabda sang baginda.
Maka cinta tak akan musnah dari dunia.

Cinta Pergi

Aku menulis lagi dengan penaku ini.
Aku ceritakan tentang cintaku yang pergi.
Menjauh karena ombak asmara mencemburui.
Bukan aku kecewa namun sakit aku rasai.

Seandainya cinta ini hujan.
maka akan hanyutkan segala angan.
biar tak ada lagi duka karena kasmaran.
tak lagi senyum bagai tipu setan.

Aku berlari dan terus berlari.
menjauhi cinta yang telah aku benci.
meskipun hati ingin menangisi.
Namun aku kuatkan sanubari agar tetap berdiri.

AKu mengerti kau yang terindah.
Mungkin juga Surga.
Namun CIntaku tak bisa tergoda.
Dengan Rasa yang ternoda.

Bila angin masih bertiup kesini.
Jangan Kau biarkan dia tak terasa menyejuki.
Sanubari yang merasa akan kehilangan separuh hati.
Karena semut cinta lain mengerogoti.

Cinta kau dan aku sudah tiada lagi.
Jangan kau harapkan aku disini.
Bukan aku tak mampu mencintai.
Namun aku sudah muak akan janji.

Katamu jangan kau selingkuh.
Sungguh aku tak sangka kau begitu.
Kau merayu dan dirayu tanpa kau pikir aku.
aku sadari Kau bukan terbaik untukku.

Maafkan sayangku Yanti.
Aku tau kau cantik and baik hati.
Mungkin ini jalan yang terbaik bagi kami.
Karena kau dan aku bukan pecinta sejati.

Cinta



Aku dalam sebuah rasa.
Rasa yang hadir menyapa.
Dalam keheningan pagi yang indah.
Kudengar suara burung nan merdu disana.
bersenandung menyanyikan lagu cinta.

Bunya mulai bermekar.
menyambut cintaku pada adikku sayang.
sungguh aku tak sanggup menatap dirimu.
cinta ku begitu menggeloorah dalam asmara.
rinduku makin berat membara.

Sayang biarkan aku dekati hatimu.
sayang biarkan aku abadi dalam jiwamu.
sayang aku ingin bersemayam dalam lubuk hatimu.
sayang aku ingin kau yang terakhir bagiku.
Jadi jangan pernah kau pergi dariku.

Cinta ini hanya untukmu.
Aku tak mampu mencari cinta baru.
karena bagiku kau dicipta untuk menemaniku.
Kau adalah napas dan nyawaku.
kau juga bagian dari hidupku.

I Love U



Heart to heart.
Like I say love to u from heart.
I never think U heart me.
I begin flying to sky.
When u reply My heart with love.

Yanti, I love U baby.
I can say anymore.
my heart is like jar,
I miss u when U are silent
I remember u when u are smile.

I never think I love u like this.
My love is like wave in the sea,
I give slowly but making u afraid.
U are afraid u go far away, I am too.
I can speak anymore.
My heart is like jar,

I just wanna say I love U baby.
I just wanna say I miss u baby.
I wanna take care u in my heart
I wanna Love u until my life is the end.
because My love is just for u.

Senin, 18 Februari 2013

Meningkatkan Motivasi Murid

Pendidikan sangatlah penting bagi anak-anak untuk menunjang perkembangan pengetahuannya terhadap alam dan lingkungan. Namun tak bisa kita pungkiri bahwa motivasi menjadi hal yang mendasar untuk memciptakan anak-anak yang mau belajar. Karena banyak dari anak-anak yang apabila mereka sudah bertambah umurnya maka motivasinya mulai berkurang. Disinilah peran seorang Guru untuk memompa minat belajar mereka untuk mencapai peserta didik yang haus akan pendidikan.

Pendidikan bisa diibaratkan sebuah hidangan makanan. Apabila seorang penghidang tak mampu memodifikasi model hidangan baik itu dengan salad maupun secara rasa maka sedikit tidak pelangan tak akan mau melihat dan mencicipi masakan itu. Maka dari situ selaku seorang pendidik harus mampu memodifikasi mahal ajar agar bisa sesuai dengan murid yang ada dalam kelas yang diajarkan. Seorang guru juga harus menyadari bahwa suatu kelas itu diisi oleh orang-orang yang berbeda baik secara intektual, model belajar, dan minat belajar. 

Dalam tulisan ini penulis ingin merumuskan beberapa cara meningkatkan motivasi murid dalam belajar. Untuk bisa membantu para pembaca bagaimana seorang guru meningkatkan motivasi murid. Namun perlu diketahui bahwa teori ini bukan hanya dikususkan bagi seorang guru tapi bisa juga bagi orang tua dalam mendidik anak-anak mereka. Mari kita ikuti pembahasan dibawah ini:

  1. Mau mendengar kata anak
 Hal ini kita rasa sangatlah mudah namun secara praktik hal tersebut sangat sulit untuk dilakukan seiring dengan waktu yang dibutuhkan akan lebih banyak. Secara sistematika sekolah sudah membentuk suatu bidang yaitu BK (Bantuan Kongseling) sebagai tempat anak-anak meluangkan perasaan mereka dan juga permasalahan yang terjadi pada diri mereka. Namun sangat disayangkan BK menjadi tempat yang menakutkan bagi seorang anak murid. Karena secara pemahaman anak didik, apabila mereka masuk keruangan BK maka mereka telah menghadapi suatu masalah. 

Maka guru sebagai motivator harus membantu anak-anak dalam membentuk benih-benih motivasi dalam dirinya agar tetap bersemi sepanjang waktu. Perkataan anak merupakan suatu hal yang berharga baik mereka demi mampunya membentuk diri sendiri dalam mengekspresikan ide-ide cemerlang yang mereka miliki.

Namun tak bisa kita pungkiri pula bahwa ada dari anak-anak yang suka menyimpan permasalahan mereka sehingga bisa menjadi beban dalam pikiran mereka. Hal itu sangat buruk bagi mereka khususnya dalam perkembangan kecerdasan emosional yang dimiliki. Jadi seorang guru bisa merangsang murid dengan sebuah pertanyaan tentang keadaan mereka agar mereka mau menceritakan kepada guru.

2. Memuji seorang anak.

Secara manusiawi pujian merupakan suatu yang sangat disenangi oleh setiap manusia dimuka bumi. Pujian bisa membantu seorang dalam meningkatkan gairah mereka dalam hidup. Karena pujian sangat menyenangkan dan menciptakan senyuman yang lebar dari objek puji. Coba kita semua pikirkan dengan logika masing-masing bahwa dalam setiap kita berdoa kepada Tuhan, kita dituntun agar memberi pujian terlebih dahulu sebelum kita menyampaikan usulan apa yang diinginkan. 

Kembali kepada psikologi seorang anak  yaitu cenderung senang menunggu pujian dari orang lain. Bagi merekan pujian merupakan suatu ukuran baik buruk yang mereka lakukan, seperti contohnya dalam dunia pendidikan khususnya dalam rapot mereka ditulis "Sangat baik, baik dan cukup". Kata-kata itu merupakan kata-kata pujian. Maka bagi seorang guru sangatlah baik apabila mereka selalu memujia anak-anak dalam proses belajar agar mereka tak merasa senang.

Hal itu tidak hanya Guru lakukan pada saat mereka menemukan seorang murid melakukan hal yang benar, Namun itu bisa juga dilakukan dalam mengoreksi kesalahan seorang murid. Misalnya Murid mendapat nilai yang buruk. Kita bisa mengatakan Nilaimu Bagus yach apabila kamu lebih rajin lagi belajar. Jangan lupa pula kita katakan, "anak pintar harus rajin belajar, ya? (sambil kita tujukan kata tersebut, pada objek puji).

3. Pilih metode belajar yang sesuai.

Metode belajar juga berperan aktif dalam meningkatkan motivasi belajar anak. Karena pemilihan metode merupakan hal yang mendasar bagi seorang guru dalam proses belajar mengajar. Maka tak salah apabila banyak para ahli mengungkapkan teori pendidikan sebagai dasar dalam menjadi seorang guru.

Pemilihan metode pengajaran yang sesuai, membantu seorang anak untuk meminati suatu mata pelajaran. Hal itu pula, menjadi dasar untuk menciptakan sistem belajar mengajar lebih efektif dan efesien. Untuk mencapai hal tersebut terjadi seorang guru harus bisa memahami tentang gaya belajar yang disenang oleh murid dalam kelas ajar.

Hanya itulah yang dapat penulis sampaikan kepada para pembaca semua. Penulis berharap hal tersebut bisa bermanfaat bagi para pembaca semua. "Never say Tired for Learning and browsing Information". Thanks You For Reading My Article.

Sabtu, 16 Februari 2013

DALAM PRAHARA CINTA

Dalam prahara cinta
bergelojak rasa dan prasangka.
membara api, menghilang air.
marah angin pada perut bumi.

dalam prahara cinta.
mengenang masa sulit itu menyakitkan.
bersatu dalam ingin dan harap.
menjauh namun ingin mendekat.

dalam prahara cinta.
biarkan rasa mengikut masa.
mencair dalam beku malam
menghilang dalam gelap malam.

dalam prahara cinta
cinta semu dan gelap.
rasa sedih namun sulit.
berbaur dan melebur dalam prasangka.

dalam prahara cinta.
bara biar membara.
rasa biar terasa.
namun sedih biarlah melayang.

Rabu, 13 Februari 2013

Discourse Training For Teachers And Learners



Chapter I
INTRODUCTION
Discourse analytic technique can help language learners become conscious of the processes that operate to produce the language that they hear and use (Riggenbach 1991: 153 cited on Olshtain amd Celce-Murcia 2000:216).  Understanding on discourse analysis that can bring the teachers and the learners easily to explore some knowledge based on functional in sociaty. In addition, it can become guide to teachers for knowing the strategy to do construction in classroom. It does not just give teachers’ guide but learners too.
There are three areas of discourse analysis on this paper based on the suggestion of Olshtain and Celce-Murcia (2000: 216-231) consisting of:
1.      Teacher feedback and correction strategies
2.      The self-examination by teachers of their own classroom discourse
3.      Reflective teaching as a process
In this paper that will serve to you about discourse training for teachers and learners. However it has related to the chapter in advance because you will not comprehend well if you does not know it. It just gives you how to implement the discourse analysis in the classroom in order to find good result in teaching and learning.










CHAPTER II
SUMMARY
In this paper that will be known the implementation of discourse for teachers and learners. Based on title of this summary there are some discussion consisting of teacher awareness, discourse sensitive feedback and correction, teacher self-examination of pedagogical discourse, reflective language teaching, engaging language learners in discourse analysis, and language learning strategies.
A.    Teacher awareness
Teacher should have awareness in different types of discourse analysis for different purpose. As we have been learnt in the chapter in advance, there are two main types in discourse analysis consisting of top-down and botton-up features. Top-down feature is used to analyze the pragmatic meaning in discourse such as content schemata and formal schemata. Botton-up feature is used to analyze the linguistic meaning in discourse such as phonology, syntax, semantic and grammar.  Moreover that make teachers  should know deeply about kind of genre for making them understood.
B.     Discourse sensitive feedback and correction.
There are many occasions when a language teacher might ask learner to make judgments about grammatically, lexical choice, or oveall organization of peace of discourse. The learner as beginner are rather weak at making such judgments, but given proper ground, they can quite good when they roach the intermediate or advanced level. Learning how to recognize, locate, and describe an error can begin with the teacher posing problems based on common but local student errors.
The shorter segments, the easier and more artificial-it is for learners to detect and correct errors.  Error detection and correction exarcise are involved more challenging and realistic discourse level as the discourse as well as in  shorter , more controlled segments. For example working in pairs or small small groups can be asked to judge each clause in a connect text.
The following are some of my successful project.
a.       I developed a drug accounting system for the pharmacy which was appreciated at the national level.
b.      I worked with dietetics to improve the manufacturing of meals and
c.       I redesigned the hospital classroom, doing a better learning space for all hospital employees
Besides of that the teacher so that they can ask and answer relevant questions:
What kinds of thing to we “appreciate”?
The teacher’s approach should know well students’ error and he elicits feedback and reaction from the students are. The class should creat a students-centered approach.
A learner also will adept at making targeted judgements and corrections. Therefore, they will realize theirselves their own language production as the correct target forms.In addition, There are two discourse-based approaches to error correction. They  are; 1) interview anlysis, and 2) reformulation.In interview analysis, the teacher will do conversition with the student, but he should records it for error correction. But, formulation, the teacher-tutor takes a paragraph or longer text written by the learner and rewrites it his/her own words. Then, compares the reformulated version to the original to see if the massage has been preserved. After that, the learner will try to understand it. Was the organization unclear? Were there grammatical or lexical error? If so, what?
Discourse grounded feedback and correction in the language classroom must fulfill two requirments:
a.      The teacher provides students with better understanding in how language area, discourse and pragmatic considaration in their classroom.
b.      The teacher should provide Student imploy both top-down and bottom-up processing stategies. 
C.    Teacher self examination of pedagogical discourse
Language teacher should have ability to examine to her/his self about what is going to reach in the instruction. Teacher determine the objective of study before doing instruction in classroom. It makes teachers have to understand the discourse for easily taking judgement based on the objective of subject. Moreover teachers pedagogy can help them to do classroom instruction. It has intended to increase the teacher consciousness in teaching some subject. In addition, teacher is not using single right and wrong way to talk to students.
D.    Reflective language teaching.
Reflective language teachers pay special attention to various event that take place in classroom and then reflect on their actions, decisions and overall performance in the classroom. They can develop personal and professional convictions that will guide their work in the future and provide them with theoretical constructs as well as practical techniques that work. As Ho (1995) suggests the use of lesson planning as a means of reflective to help inexperienced or preservice teachers make use their limited experience to bring about self development and professional growth. It has seen how teachers can use knowledge of discourse to expose students to prototypical language routines and text and to provide them with discourse based learning activities. They can also use the discourse produced by their learner in order to encourage elaboration or to provide feedback and correction.
E.     Engaging Language learners in discourse analysis
 In this section, there are different instructional units designed to have students do discourse analysis as part of the language learning process:
1.      Speech act: complaining
This activities is used the macrostructure or top-down of a speech. The basic complaint involves two goal (Hawkins; 1989)  namely 1) to call attention to behaviour the speaker finds objectionable and 2) to change that behaviour.
2.      A discourse level grammatical contrast : “will” verus  “be going to”
            A very prequent and persistent question from ESL/EFL teacher and student is “what is the difference between will and going to?” previous accounts, bassed on the work of Binnick ( 1972 ) and McCarthy and Carter (1995), among others, have offered something like this: be goingto is more informal, immediate, and interactive than will, which is more neutral or formal ; be going to primarily refers to to the immediate future or plans in future time, but will has several other meanings that are modals in nature, such as promising, predicting with certainty, and so forth. The research of Suh (1989) suggests a complementary account of the two forms based on the discourse organizing functions of be going to and will in essentially monologic oral narrations dealing with future scenarios, something already briefly suggested in chapter 4; namely, that be going to is used to frame and initiate a discourse episode while will is used for the subsequent details and elaborations.
3.      The Comparison/Contrast Essay
          Holten (1991) carried out a classroom experiment involving two sections of the same EFL/ESL writing course. All students in both sections ad taken a composition placement examination that included writing an essay in which they where asked to compare two different views of what the true measure of a knowledgeable person is (years of formal education or an ability to understand people and society and to behave appropriately}. It was a comparison-contrast essay based on two readings dealing with the issue of homelessness by Kozol (1988) and Main (1988), essays that presented rather different points of view and that had been read and discussed quite throughly in both classes.
F.     LANGUAGE LEARNING STRATEGIES
The humanistic approach to learning in general and to language learning in particularhas placed the learner at the center of the learning process. As a result, the learner is viewed as an active and responsible partner. Accordingly, learners have to become more aware of the learning process, make choices and decisions, and self access their progress.
A discourse approach to language learning is compatible with an emphasis on individual learning srategies since it allows for the varied ways in which learners interpret meaning in context ad build upon such experiences for use in future communications. Oxford (1990), mentioned in chapter 9 on speaking, has suggested that there are six general types of language learning strategies; three direct strategies – memory strategies, cognitive strategies, and compensation strategies, and three indirect strategies – metacognitive strategies, affecive strategies, and social strategies.
The use of appropriate learning strategies often results in increased language proficiency and graeter self- confidence (Cohen, 1990; 1998); it is often suggested that we help learners become aware of learning strategies so they can take full advantage of them.


CONCLUSION

Based on explaining above, about the implementation of discourse for teachers and learners. Based on title of this summary there are some discussion consisting of teacher awareness, discourse sensitive feedback and correction, teacher self-examination of pedagogical discourse, reflective language teaching, engaging language learners in discourse analysis, and language learning strategies.
A discourse approach to language learning is compatible with an emphasis on individual learning srategies since it allows for the varied ways in which learners interpret meaning in context ad build upon such experiences for use in future communications.